Pages - Menu

Sabtu, 07 Desember 2019

Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan dan Gizi Yang Berkualitas Bagi Ibu dan Anak

Banyak permasalahan kualitas kesehatan penduduk Indonesia yang harus dipecahkan dan menjadi tantangan baru sebagai akibat perubahan sosial ekonomi agar masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas. Permasalahan tersebut antara lain adalah sebagai berikut : 
1. Terjadinya disparitas status kesehatan. 
Disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan antar perkotaan-perdesaan masih cukup tinggi. Angka kematian bayi dan angka kematian balita pada golongan termiskin adalah empat kali lebih tinggi dari golongan terkaya. 
2. Terjadinya beban ganda penyakit 
Dengan terjadinya beban ganda yang diikuti dengan meningkatnya jumlah penduduk, serta perubahan struktur penduduk yang ditandai dengan meningkatnya penduduk usia produktif dan usia lanjut, akan mempengaruhi jumlah dan jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat di masa datang. 
3. Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah 
Faktor utama penyebab tingginya angka kematian bayi di Indonesia sebenarnya dapat dicegah dengan intervensi yang dapat terjangkau dan sederhana, oleh karena itu kinerja pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Masih rendahnya kinerja pelayanan kesehatan dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti: proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, proporsi bayi yang mendapatkan imunisasi campak, proporsi penemuan kasus (Case Detection Rate) TB Paru 
4. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat 
Perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat merupakan salah satu faktor penting untuk mendukung peningkatan status kesehatan. Beberapa perilaku masyarakat yang kurang sehat antara lain dapat dilihat antara lain melalui kebiasaan merokok dan rendahnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dan gizi lebih pada balita. 
5. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan 
Salah satu faktor penting lainnya yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat adalah kondisi lingkungan yang tercermin antara lain dari akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar. 
6. Rendahnya kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan 
Pelayanan kesehatan masih belum memenuhi harapan masyarakat. Masyarakat merasa kurang puas dengan mutu pelayanan rumah sakit dan puskesmas, karena lambatnya pelayanan, kesulitan administrasi dan lamanya waktu tunggu. 
7. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusi tidak merata 
Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua jenis tenaga kesehatan yang diperlukan. Pada tahun 2001, diperkirakan per 100.000 penduduk baru dapat dilayani oleh 7,7 dokter umum, 2,7 dokter gigi, 3,0 dokter spesialis dan 8,0 bidan. Rendahnya rasio ini diperburuk oleh penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata. 
8. Rendahnya kualitas kesehatan penduduk miskin 
Rendahnya status kesehatan penduduk miskin terutama disebabkan oleh terbatasnya akses terhadap pelayanan kesehatan karena kendala geografis dan kendala biaya (cost barrier). Data SDKI 2002-2003 menunjukkan bahwa 48,7 persen masalah dalam mendapatkan pelayanan kesehatan adalah karena kendala biaya, jarak dan transportasi. 
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan diatas, berikut beberapa Program-program Pembangunan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, yaitu :

1. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 
Program ini ditujukan untuk memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat agar mampu mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat. 
Kegiatan pokok yang dilaksanakan dalam program ini antara lain meliputi: 
1. Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE);
2. Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat dan terutama generasi muda; serta
3. Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

2. Program Lingkungan Sehat 
Program ini ditujukan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat. 
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini antara lain meliputi: 
1. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar; 
2. Pengawasan kualitas lingkungan; serta 
3. Pengendalian dampak resiko lingkungan.

3. Program Upaya Kesehatan Masyarakat
Program ini ditujukan untuk meningkatkan jumlah, pemerataan, dan kualitas pelayanan kesehatan melalui puskesmas dan jaringannya meliputi puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan bidan di desa.
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini antara lain meliputi:
1. Pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas dan jaringannya;
2. Pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya;
3. Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial;
4. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular, dan pengobatan dasar; serta 5. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan.

4. Program Upaya Kesehatan Perorangan
Program ini ditujukan untuk meningkatkan akses, keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini meliputi:
1. Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III Rumah Sakit;
2. Pembangunan sarana dan prasarana rumah sakit di daerah pemekaran;
3. Perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit;
4. Pengadaan peralatan dan perbekalan rumah sakit;
5. Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan; serta
6. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan.

5. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Program ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular. Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah malaria, demam berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta, TB, HIV/AIDS, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah penyakit jantung dan gangguan sirkulasi, diabetes mellitus, dan neoplasma.
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program adalah:
1. Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko;
2. Peningkatan imunisasi;
3. Penemuan dan tatalaksana penderita;
4. Peningkatan surveilens epidemiologi dan penanggulangan wabah; serta
5. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit.

6. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan balita.
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini meliputi:
1. Peningkatan pendidikan gizi;
2. Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A, dan kekurangan zat gizi mikro lainnya
3. Penanggulangan gizi-lebih; serta
4. Peningkatan surveilens gizi.

7. Program Sumber Daya Kesehatan
Program ini ditujukan meningkatkan jumlah, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan, serta meningkatkan jaminan pembiayaan kesehatan bagi penduduk miskin.
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini meliputi:
1. Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan;
2. Peningkatan keterampilan dan profesionalisme tenaga kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan;
3. Pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan, terutama untuk pelayanan kesehatan di puskesmas dan jaringannya, serta rumah sakit;
4. Pembinaan tenaga kesehatan termasuk pengembangan karir tenaga kesehatan; serta
5. Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan bagi penduduk miskin yang berkelanjutan.

8. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
Program ini ditujukan untuk menjamin ketersediaan, pemerataan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan.
Kegiatan pokok yang dilakukan program ini meliputi:
1. Peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan;
2. Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan; serta
3. Peningkatan mutu obat dan perbekalan kesehatan.

9. Program Pengawasan Obat dan Makanan
Program ini bertujuan untuk menjamin produk terapetik/obat, obat tradisional, kosmetik, perbekalan kesehatan, produk komplemen dan produk pangan memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan/khasiat.
Kegiatan pokok yang dilakukan program ini adalah:
1. Peningkatan pengawasan obat dan makanan; dan
2. Penanggulangan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, zat adiktif lainnya (NAPZA).

10. Program Pengembangan Obat Asli Indonesia
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan tanaman obat Indonesia.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan dalam program ini antara lain meliputi:
1. Pengembangan dan penelitian tanaman obat; dan
2. Peningkatan promosi pemanfaatan obat bahan alam Indonesia.

11. Program Peningkatan Akses Pelayanan KB Berkualitas yang Merata Program ini bertujuan untuk 
Kegiatan pokok yang dilaksanakan dalam program ini adalah :
1. Memberikan orientasi kepada para kepala seksi/sub bidang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi (KB-KR) BKKBN pusat dan provinsi dalam mewujudkan kesertaan ber-KB
2. penguatan dan pemaduan kebijakan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang merata dan berkualitas dalam SJSN kesehatan
3. penyediaan sarana dan prasarana serta jaminan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi di setiap faskes KB dan jejaring/jaringan
4. peningkatan jumlah dan penguatan kapasitas tenaga kesehatan pelayanan KB an KR yang terstandarisasi

Selasa, 27 Agustus 2019

Penyebab Gigi Berlubang

Gigi berlubang merupakan masalah kesehatan gigi yang banyak dipandang sebelah mata oleh masyarakat kebanyakan.

namun jika kita mengetahui resiko akibat dari tidak sadarnya menjaga kesehatan gigi dan mulut kita, maka akan mengakibatkan penyakit dalam organ tubuh lainnya.

salah satu faktor yang menyebabkan gigi berlubang ialah dimana kondisi rongga mulut asam. terjadinya asam dikarenakan sisa makanan yang bercampur dengan bakteri yang berada didalam rongga mulut.




Kamis, 15 Agustus 2019

cabut gigi menyebabkan kebutaan ? apakah benar ??!!!

PKL DIV keperawatan gig SD Kramas
Pemeriksaan
 Apakah Cabut Gigi Atas Menyebabkan Kebutaan?
Benarkah Cabut Gigi Mempengaruhi Saraf ?
 Ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh pasien terkait jalur persarafan organ yang ada di daerah kepala dan leher. Banyak saraf yang mensarafi daerah kepala ,namun terdapat saraf yang spesifik terhadap mata dan rahang atas. Di bagian kepala terdapat 12 macam saraf yaitu :
  1. Olfaktorius > Penciuman
  2. Optikus > Penglihatan
  3. Okulomotorik > Pergerakan Bola mata.
  4. Trochlearis > Pergerakan Bola Mata.
  5.  Trigeminus > Rongga Mulut dan Mata.
  6.  Abdusen > Pergerakan Bola Mata.
  7. Fasialis > Pada Otot Ekspresi wajah , perasa pada lidah depan, pendengaran.
  8. Vestibulococlearis > Pada Keseimbangan.
  9.  Glosofaringeus > pada sensasi orofaring, perasa lidah bagian belakang , otot styloparingeus.
  10. Vagus > pada oto laring , faring, sensasi pada hipofaring , jantung , paru, abdominal viscera.
  11.   Asesoris > pada otot sternokleidomastoideus, otot trapezius.
  12.  Hipoglosus > Pada pergerakan otot lidah.

 Saraf yang berhubungan dengan rongga mulut dan mata adalah saraf TRIGEMINUS. Saraf ini merupakan saraf kranial terbesar. Saraf ini disebut sebagai saraf Trigeminus karena mempunyai tiga cabang besar yaitu :
1. Saraf OFTALMIKUS (Ophthalmic branch), saraf ini bersifat sensorik , bekerja pada sensasi bola mata , anterior scalp, wajah bagian atas.
2. Saraf MAKSILARIS (maxilary branch), saraf ini bersifat sensorik, bekerja pada sensasi rongga hidung dan sinus, palatum , wajah bagian tengan dan gigi bagian atas.
3. Saraf MANDIBULARIS (mandibular brach), saraf yang memiliki sifat sensorik dan motorik bekerja pada oto pengunyahan , tensor tempani , sensasi pada telinga , rongga mulut, gigi rahang bawah dan dagu.
 Pada mata disarafi oleh saraf OFTALMIKUS. Sedangkan gigi rahang disarafi oleh saraf MAKSILARIS. Kedua saraf tersebut berbeda area kerja. Sehingga pencabutan gigi rahang atas tidak akan berpengaruh langsung pada saraf mata.
Proses Pencabutan lebih berhubungan dengan sistem pembuluh darah. Sedangkan sistem saraf berhubungan dengan obat lokal anastesi (obat bius) yaitu menghambat impuls reseptor nyeri yang dihantarkan oleh sistem saraf tersebut.
Infeksi pada gigi-gigi rahang atas dapat menyebar ke bagian lain tubuh termasuk ke daerah mata. Penjalaran infeksi dapat melalui pembuluh darah dan jaringan lunak disekitar rongga mulut, BUKAN MELALUI SARAF. Sebagai contoh, pada kasus abses (bengkak bernanah) yang disebabkan oleh gigi taring rahang atas yang berlubang dapat meluas ke area sekitar mata bahkan hingga mengakibatkan bengkak dibawah mata. 
Komplikasi yang sering terjadi pada pencabutan di rahang atas adalah terjadinya alveolar osteitis dan oroantral communication. Alveolar osteitis banyak disebabkan terlepasnya bekuan darah dari soket karena berbagai hal, sehingga luka bekas pencabutan susah untuk sembuh dan terus terasa sakit. Oroantral Communication adalah terjadinya hubungan antara sinus maksilaris dengan rongga mulut. Prosedur dalam pencabutan gigi mempengaruhi saraf maksilaris dan mandibularis dalam arti POSITIF dimana dokter gigi akan menyuntikan obat bius untuk menghentikan sinyal saraf ke otak sehingga membuat mati rasa di daerah pencabutan. Selama prosedur pencabutan dilakukan sesuai dengan standar medis yang baik, pasien tidak perlu takut untuk melakukan pencabutan gigi terutama gigi atas.